Tak ada firasat sebelumnya. Tak ada tanda-tanda.. Hanya memang beberapa hari terakhir ngelewatin rumah opung ngerasa berbeda, tak ada lagi penampakan Opung yang biasanya setia duduk di kursi roda yang sudah menemani hidupnya hampir 20 tahun belakangan. Terlintas tanya dalam hati, kemana gerangan Opung pergi.. Hanya hati kecil selalu menenangkan diri, dengan menjawab sendiri pertanyaan tadi, ah, mungkin Opung lelah... Mungkin Opung lagi istirahat di dalam kamarnya..
Tapi jawaban-jawaban itu akhirnya terbantahkan pagi ini, ya tepat pada hari Sabtu, 6 Februari 2015, Opung sudah dipanggil Yang Maha Kuasa. Berita yang kutahu dari Sifa, Najwa dan Aura, tiga anak kecil yang memang cukup akrab dan sering main ke rumah kontrakan kami di Depok. "Kakak udah tau? Opung kan meninggal.." begitu kurang lebih pesan singkat yang disampaikan Sifa dari balik kaca jendela, kebetulan aku dan Rani lagi duduk di balik meja di dekat jendela kontrakan.
Mendengar berita itu berasa seperti jantung ini copot dari tempatnya, sesak dada, air mata tak bisa terbendung.. Allah, semua kenangan muncul langsung, semua janji yang belum terpenuhi, semua kata-kata Opung yang tak mungkin ku lupakan.. Opung.. terlalu cepat kau pergi.. terlalu cepat dari yang kuduga pung, terlalu cepat daripada yang kau selalu sampaikan kepadaku Pung, bahwa kau akan masih tetap sehat hingga umurmu 80 tahun..
Aku ingat betul minggu terakhir, pas di saat aku sedang sibuk-sibuknya pindahan, aku membeli kue dadar gulung 4, dan ketika melewati rumahmu dan melihatmu ada di sana, aku berhenti, aku ambil dua dadar gulung untukmu Pung, dengan harapan dapat menemani pagimu.. Kusampaikan pula di saat itu bahwa aku sedang pindahan dan tidak akan tinggal di tempat lama lagi, dan kemungkinan tidak akan sesering dulu singgah dan main ditempatmu Pung.. (walaupun dulu juga gak sering-sering banget sih Pung, masih sering aku sengaja menghindar, mencari jalan lain dengan alasan supaya tak bertemu denganmu, karena aku sedang buru-buru berangkat).
Tulisan ini pasti berantakan banget pung, ada begitu banyak yang ingin aku tuliskan, yang menari-nari di dalam kepala ini Pung minta dikeluarkan..
Begitu banyak kenangan tentangmu Pung.. mungkin lain waktu akan kutuliskan lagi.
Satu pelajaran berharga yang dapat kuambil dari kepergian mu Pung, adalah jangan pernah menunda-nunda untuk melakukan sesuatu, kita tidak tahu umur dan kejadian-kejadian yang tak terprediksikan seperti ini, kita selalu merasa ada hari esok, tapi takdir Allah tak bekerja seperti itu. Opung selamat jalan, kau udah seperti ayah kedua ku di rantauan ini. Kau lebih tenang di sana Pung. walaupun aku gak tahu kau bagaimana peng-hisab-an mu di sana karena Allah kita berbeda.
Selamat jalan Opung Marpaung...
:'(
Selamat Jalan Opung..
ayuzainal // Friday, February 5, 2016
aw. so sad.. boleh lah ya tulisanmu ndut..
ReplyDeleteitu masih panjangg yang pengen ditulisiin mas, cuma karena terlalu sesek dadanya karna nulisnya pas setelah ngelayat opung, jadinya cuma segitu deh tulisannya.. aku baca lagi, terlalu puitis tapi ngena banget ya mas, *mujisendiri.. hehe
ReplyDeletethankyouu anyway for the comment.
huahahaha. bagus kok diksinya ndut. kayak baca novel. hahahaha
ReplyDeletehahaha, ok mas sip aku mau jadi novelis klo gitu... hehe
Delete